Analisis Konsumen
“Bahan Tekstil / Bahan Pakaian”
Pakaian merupakan kebutuhan primer paling utama yang harus dipenuhi oleh manusia. Pada saat ini semua orang menganggap bahwa pakaian tidak hanya untuk menutupi tubuh dari sinar matahari dan binatang buas, tetapi kini orang – orang lebih menganggap jika pakaian juga dapat digunakan untuk hiasan pada tubuh . Apalagi sekarang banyak sekali mode – mode busana yang di desain sangat menarik oleh para desainer kita baik yang tua maupun yang muda. Memang pada zaman sekarang banyak mode – mode pakaian jadi yang menarik perhatian banyak orang, tetapi sebagian orang – orang pada zaman sekarang beranggapan bahwa pakaian jadi harganya lebih mahal dibandingkan dengan membeli bahan tekstil dan menjahitnya sendiri. Dengan adanya tanggapan dari para konsumen dan juga semakin banyaknya mode – mode pakaian jadi yang diminati oleh konsumen. Maka semakin banyak pula Bahan – bahan tekstil yang dijual dipasaran dengan berbagai macam pilihan. Dalam pembelian bahan – bahan tekstil tersebut pastinya konsumen tidak langsung asal membeli. Tentunya konsumen harus bisa memilih bahan tekstil tersebut sesuai dengan ukuran tubuh dan mode pakaian yang akan dibuat, Tetapi terkadang sebagian konsumen tidak memikirkan hal itu. Oleh karena itu dibawah ini akan dibahas cara memilih bahan tekstil yang baik sehingga konsumen dapat menjadi konsumen yang baik.
Pada saat akan membeli bahan tekstil , konsumen harus bisa mengetahui asal bahan tersebut. Bahan tekstil tersebut rata – rata berasal dari macam – macam serat kain. Apabila seorang konsumen menemukan bahan tekstil dengan harga murah maka bahan tekstil tersebut terbuat dari serat tekstil buatan. Sebenarnya bahan testil ini kurang baik apabila digunakan di negara kita karena bahan kain tekstil ini umumnya panas bila di pakai. Bahan ini terasa panas saat dipakai karena bahan ini tidak berpori dan tidak mengisap air, tetapi kebanyakan konsumen senang dengan kain – kain tersebut, sebab kain – kain tersebut mudah pemeliharaannya. Tentu saja konsumen akan memilih kain yang baik sesuai dengan kegunaannya . Pemilihan kain yang baik berdasarkan kualitas kain yang sangat di pengaruhi oleh asal serat, proses pembuatan benang, serta proses pembuatan kain dan penyempurnaannya. Dalam memilih kain, konsumen perlu mengetahui macam – macam kualitas kain tekstil yang dipilihnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan tekstil yaitu : pemeriksaan serat (pemeriksaan visual, uji pembakaran) dan label (label pada bahan dan label pada pakaian jadi).
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunanbenang. Tekstil dibentuk dengan carapenyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain.Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali aspek perawatan tekstil menjadi urusan nomor belakang karena dianggap tidak terlalu penting.Ini dapat dimengerti dengan alasan bahwa kita dapat setiap saat menganggapnya tidak layak pakai dan mengganti dengan yang baru
Langkah awal yang harus dilakukan pada saat memilih bahan tekstil adalah melihat label pada bahan tekstil tersebut. Para konsumen perlu waspada terhadap perubahan yang terjadi pada serat , benang, kain dan penyempurnaan. Untuk mengetahui serat tekstil dengan segera, konsumen dapat membaca pada kartu keterangan atau label . Pada label tersebut dicantumkan keterangan panas mengenai bahan pokok tekstil tersebut. Keterangan pada label tersebut perlu untuk menentukan penampilan warna dan ketahanan dalam pencucian baik warna maupun tenunan. Pemeliharaan yang diperlukan didasarkan pada jenis bahan celup yang dipergunakan atau pada daya tahan dari serabut. Label ini dipercaya apabila sudah disyahkan oleh pemerintah. Pada label sering dicantumkan persentase serat (contohnya 65% poliester dan 35% kapas), maksunya adalah bahwa kain itu dibuat dari dua macam serat . Tujuan mencampurkan dua macam serat tersebut ialah agar sifat kurang baik dari satu serat dapat diimbangi oleh sifat – sifat baik serat yang kedua . Jadi, kalau kapas mempunyai sifat mudah kusut diimbangi oleh sifat poliester yang tidak kusut . Sifat poliester yang panas diimbangi oleh sifat kapas yang sejuk. Contoh lain, serat rayon kilaunya tajam untuk mengurangi kilau maka dimasukkan bahan kimia ke dalam cairan bahan rayon sebelum disemprotkan. Dengan demikian akan dihasilkan kilau rayon yang lebih bagus.
Dibawah ini adalah contoh – contoh keterangan yang biasanya ada pada label kain:
- All cotton artinya kain itu dibuat seluruhnya dari kapas
- All wool artinya bahwa kain itu dibuat seluruhnya dari wool
- Poliester fiber artinya bahwa kain itu dibuat dari serat poliester
- 65 % poliester – 35 % cotton, berarti 65% dari poliester dan 35% dari kapas
- 100 % nylon, berarti dibuat dari nilon seluruhnya
- Mercerized cotton, berarti kapas yang dimerser(diberi campuran bahan lain)
- Sanforized cotton, berarti kain kapas yang tidak akan susut lagi kalau di cuci
- Anti crease, kain yang dibuat tahan kusut, berarti tidak akan susut lagi kalau dipakai
- Fast colour, artinya warna kuat atau tidak akan luntur bila di cuci
Setelah mengetahui keterangan label maka langkah yang ke dua adalah konsumen harus mengetahui jenis kain yang akan dan disesuaikan dengan mode gambar yang ada. Sebagai bahan baku sandang yang merupakan kebutuhan pokok manusia produk tekstil menjadi primadona ekonomi yang sangat potensial di bisnis perdagangan. Produk tekstil tersedia dalam bentuk ragam warna dan motif, ragam jenis kain serta dengan harga yang variatif dari yang termurah hingga yang sangat mahal.Namun di pasar produk tekstil dijual ke konsumen tanpa disertai label data teknis tentang spesifikasi produk tekstil tersebut. Padahal untuk produk produk lain seperti makanan,elektronik dll telah diberlakukan labelisasi dengan ketat. Maka kita seringkali mendengar keluhan konsumen tekstil setelah membeli kain ataupun pakaian merasa kecewa karena kain yang dibelinya mudah luntur, susut, tidak nyaman dikenakan serta tidak berkualitas seperti penampakan waktu masih di toko . Penurunan kualitas terjadi terutama setelah bahan dicuci.Untuk mengatasi kekecewaan konsumen ini maka sangat diperlukan labelisasi produk tekstil yang meliputi ukuran, komposisi kain, asalusul kain,cara pemeliharaan, dan proses penyempurnaan yang telah dilakukan pada produk tekstil tersebut. Sehingga dengan label yang tertera diharapkan memudahkan konsumen untuk memilih dan memelihara produk tekstil dengan baik. Sehingga konsumen terhindar dari salah pilih ataupun salah perawatan dan penggunaannya. Pemilihan Bahan Tekstil, Kain yang beredar di pasaran banyak jenis dan kualitasnya.Sebagai orang yang berkecimpung di bidang busana, kita harus dapat memilih bahan tekstil sesuai dengan yang dibutuhkan. Agar tidak keliru dalam memilih bahan maka kita harus mempunyai pengetahuan tentang bahan tekstil. Adapun tujuan mempelajari pengetahuan bahan tekstil ini adalah Untuk mengetahui asal bahan, Untuk mengetahui sifat-sifat bahan dan pemeliharaannya, upaya dapat membedakan bahan tiruan dengan bahan yang asli, dan Agar dapat menyesuaikan atau memilih bahan sesuai dengan waktu, tempat, kegunaan dan kesempatan pemakaiannya.Pengetahuan tentang tekstil yang akan dijelaskan dalam artikel ini meliputi pengetahuan tentang bahan utama busana, bahan pelapis dan bahan pelengkap busana. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan dasar dalam pembuatan busana.
Bahan Utama
Pemilihan Bahan Tekstil,.Bahan utama adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan suatu busana atau lenan rumah tangga.Bahan utama sangat berperan bagi penampilan dan mutu suatu busana atau lenan rumah tangga.Pemilihan Bahan Tekstil, Dalam dunia pertekstilan Anda mengenal beraneka ragam bahan tekstil yang indah dan menarik. Bahan tekstil/kain ini telah melalui suatu proses yang panjang hingga sampai ke konsumen.
Di bawah ini adalah contoh – contoh jenis bahan tekstil, bahan pembuatannya dan cara perawatan kain tersebut :
- Kain Katun
kain katun sudah lama dipergunakan oleh orang indonesia, kain katun ini sangat di gandrungi oleh semua kalangan seperti anak-anak, anak muda, dan orang tua karena bahannya yang lembut dan halus.kain katun ini bermacam-macam motif, seperti motif batik, bunga, dan bergaris. kain katun ini susah-susah gampang perawatannya. jika at kain anda sudah tau cara perawatannya pasti anda akan mudah dalam merawat kain tersebut.kain katun yang bermotif batik banyak sekali diminati, karena bahannya yang enak dipakai, motif yang beraneka ragam, dan murah. contohnya kain katun yang bermotif batik ini dapat dipergunakan untuk benuk tas, tempat hp, baju , dan lainnya. ada juga motif gambar bunga, motif ini sangat cocok jika buat baju untuk acara-acara resmi, santai dan lainnya. motif bunga ini sangat di sukai oleh anak-anak kecil apalagi anak cewek karena gambar dan motif yang menarik motif bunga tersebut menjadi penjualan barang terbanyak. karena adanya anak-anak cewek yang ada di indonesia ini.ada lagi kain katun garis-garis, kain ini cocok sekali untuk kalangan laki-laki, anak laki-laki maupun orang dewasa. tetapi kain katun motif bergaris ini juga digemari cewek-cewek kuliahan, cewek tomboy, dan wanita karier.biasanya para lelaki menyukai motif bergaris ini, kalau lelaki yang badannsarnya besar atau gendut, kain katun bergaris bertubuh kurus bisa menggunakan kain yang bermotif garis menyamping. orang tersebut akan terlihat agak berisi.ada juga lho kain katun yang bermotif kotak-kotak, biasanya kain katun ini sangat di gemari anak muda cewek maunpun cowok. karena kain katun ini menjadi tren masa kini, kain katun ini tidak pandang siapa yang memakainya dari anak-anak, anak muda, sampai yang tua. biasanya kalau untuk anak muda kain ini biasanya berbentuk kemeja, ada juga yang dibuat rok, ada juga yang dibuat tas dan tempat hp.
- Tips mencuci kain katun yang baik
kain katun dapat dirawat dengan cara yang gampang, kain ini jika tidak benar cara merawatnya , kain tersebut akan luntur dan jika dipegang kain akan terasa kasar.oleh karena itu saya memberikan tips mencuci kain katun dengan benar dapat menjaga kelembutan kain katun tersebut.kain katun dapat di cuci dengan cara tradisional dan modern (mesin cuci/dengan tangan).berikut ini adalah tips cara mencuci kain katun yang benar.
1. dari pemilihan detergen
kain katun bisa dicuci dengan detergen yang biasa dipakai seperti detergent yang bisanya dipakai untuk mencuci pakaian.tetapi deterjen harus cocok dengan kain katun. karena kain katun yang lembut jika terkena bahan kimia yang tidak cocok dengan kain katun, kain katun menjadi terasa kasar.
2. cuci dengan mesin cuci
mencuci kain katun dengan mesin cuci lebih baik daripada mencuci dengan tangan apalagi di sikat, itu sangat merusak kain katun.karena jika disikat kain katun akan terasa kasar .jika mencuci dengan tangan lebih baik dikucek jangan disikat.
3. penjemuran dan pengeringan
dalam mengeringkan kain katun ini lebih baik menggunakan mesin cuci yang tidak kencang, dalam penjemuran lebih baik dijemur dengan digantung agar bentuk kain masih bentuknya baik dan tidak kusut.ini adalah tips untuk mencuci kain katun untuk itu gunakanlah cara mencuci yang baik ,.. selamat mencoba!!
- KAIN SUTRA
Sutra adalah bahan busana yang relatif tidak murah.kita tentu tak mau gaun sutra kita terpaksa dibuang karena rusak akibat perawatan yang kurang cermat. Berikut ini merupakan beberapa panduan dasar dalam membersihkan, mengeringkan, menyetrika dan menyimpan busana sutra.Sebagai salah satu bahan busana yang tergolong mahal, sutra mencerminkan keanggunan sensual yang mewah.Kilapnya dengan jelas menekankan kemewahan, sedangkan sifat anti debunya cukup praktis untuk dikenakan sesering mungkin. Hingga kini, banyak orang yang meyakini bahwa cara terbaik membersihkan busana sutra adalah melalui dry cleaning. Jika kamu juga melakukannya, selalu pastikan petugas dry cleaning tidak meletakkan busana sutra di antara busana-busana berbahan kasar.kita tak ingin bahan kasar dari busana lain merusak kemulusan sutra kita, kan?Untuk perawatan yang lebih maksimal, sebaiknya membersihkan busana sutra dengan cara tradisional (membersihkan sendiri di rumah dengan cara dicuci dengan tangan). Sutra terbuat dari serat protein alami yang menyerupai rambut .Itulah sebabnya kita bisa membersihkannya dengan shampo.Pilihlah shampo yang tidak mengandung minyak atau petroleum karena nantinya dapat membuat permukaan sutra terasa lengket).Jangan direndam di dalam air (bahkan jangan pernah dicuci dengan mesin cuci), namun usap-usaplah dengan lembut.Gunakan air hangat agar pelapis (coating) sutra bersinar kembali.Hal yang menguntungkan dari sutra adalah sifat anti debu dan noda. Namun bila menemukan noda yang susah dihilangkan, percikkan sedikit cuka dan gosok noda tersebut dengan jari sampai hilang. Untuk mengeringkan busana sutra , gulunglah dia dengan handuk dan tekan hingga air merembes keluar (jangan sekali-sekali memeras sutra kecuali kamu ingin seratnya menjadi rusak). Biarkan busana mengering di tempat berangin yang tidak terpapar sinar matahari.Ingatlah bahwa sinar matahari bisa membuat sutra menguning.Lalu bagaimana bila ingin menyetrika busana sutra?Selalu balik busana sehingga bagian dalamnya berada di luar.Setelah itu lapisi dengan kain katun dan seterikalah dengan panas minimum. Penggunaan seterika uap cukup digandrungi akhir-akhir ini, tetapi kamu harus ekstra hati-hati, kalau tidak, seterika uap ini bisa meninggalkan bekas uap yang permanen di busana sutra kamuSetelah mengetahui cara membersikan, mencuci, mengeringkan dan menyeterika busana sutra, kini kamu harus menyimpan busana sutra dengan cara yang tepat pula. Cukup sederhana.kamu harus menyarungkan busana sutra tersebut dengan sarungbantal berbahan katun. Katun berserat alami dan berpori sehingga memungkinkan busana sutra bernafas.Bayangkan bila kamu membungkus busana sutra itu dengan plastik. Tak saja ia menjadi lembab, sutra pun bisa berjamur!
c. Higet
Higet adalah kain yang berbentuk kaos.Bentuknya tipis dan sedikit kasar.Harganya relatif murah, sehingga banyak digunakan sebagai kaos kampanye atau jilbab kampanye.Banyak sekali Parpol yang pesan untuk diberikan kepada konstituennya.Karena bahannya yang tipis dan kadang mengkerut jarang orang yang memakai untuk acara formal.
d. Spandex
Spandex adalah bahan kain yang terbuat dari unsur non alami.Kainnya halus, lentur dan lembut.Kadang spandex ada unsur sutranya, orang sering sebut Spandex Sutra.Karena bahannya halus, lembut dan nyaman, spandex harganya relatif mahal.Jilbab yang terbuat dari Spandex relatif mahal dibanding dengan jilbab lainnya.
e. PE (Poly Ethilene)
PE atau Poly Ethilene adalah sejenis bahan kaos non alami yang populer digunakan sebagai bahan jilbab.Kainnya umumnya relatif tebal, halus dan lembut.Karena keunggulan tersebut banyak digunakan untuk membuat jilbab, khususnya jilbab yang ukurannya relatif besar.
d. TC (Teteron – Cotton)
TC atau Teteron-Cotton adalah bahan kaos yang terbuat dari campuran PE (65%) dan Cotton (35%). Bahannya kesat dan menyerap panas meskipun tidak selembut PE. Bahan TC ini seperti halnya PE, banyak digunakan untuk membuat jilbab yang ukurannya relatif besar
e. Rayon
Rayon adalah bahan dari unsur bahan jeans dari bahan non alami.Bahannya memiliki kelenturan dan relatif tebal.Bahan rayon yang sering digunakan untuk jilbab adalah rayon gerimis.Hasil akhirnya mirip dari PE atau TC.Selain dari bahan diatas, ada bahan-bahan lainya seperti huilon, pashmina, rajut dan sebagainya.Namun demikian tidak begitu populer dibandingkan dengan 5 bahan diatas.Untuk pembuatan kaos Distro, bahannya berbeda dengan jilbab, karena bahan untuk pembuatan kaos relatif lebih tebal.Bahan kaos distro yang sering digunakan adalah Cotton Combed dan Cotton Carded. Kualitas Cotton Combed lebih bagus dan lembut dibanding dengan Cotton Carded.Jika anda berminat berwirausaha jilbab, bahan-bahan diatas untuk wilayah Bandung dapat di beli di sekitar Jl. Otto Iskandardinata atau Gang Tamim (Kawasan Pasar Baru Bandung). Bisa juga ke daerah Cigondewah Bandung Selatan.Demikian semoga bermanfaat.
Langkah ketiga setelah konsumen mengetahui jenis – jenis bahan yang akan dibeli maka langkah selanjutnya konsumen harus bisa mengetahui jenis bahan pewarna kain yang akan dibeli. Dibawah ini adalah contoh pewarna alami yang digunakan pada bahan tekstil:
Warna Alam dari Kulit Bixa
Ditinjau Dari sumber diperolehnya zat warna tekstil dibedakan menjadi 2 yaitu:
zat pewarna alam, diperoleh dari alam yaitu bersal dari hewan (lac dyes) ataupun tumbuhan dapat berasal dari akar, batang, daun, buah, kulit dan bunga.
Zat pewarna sintetis adalah zat warna buatan (zat warna kimia) .Oleh karena banyaknya Zat warna sintetis ini maka untuk pewarnaan batik harus dipilih zat warna yang:
a. Pemakaiannya dalam keadaan dingin atau jika memerlukan panas suhu proses tidak sampai melelehlan lilin.
b. Obat bantunya tidak merusak lilin dan tidak menyebabkan kesukaran kesukaran pada proses selanjutnya.Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (ceriops candolleana arn), kayu tegeran (cudraina Javanensis), kunyit (curcuma), teh (the), akar mengkudu (morinda Citrifelia), kulit soga jambal (pelthophorum ferruginum), kesumba (bixa orelana), daun jambu biji (psidium Guajava). (Sewan Susanto,1973)
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto dalam bukunya Sumber Daya Nabati Asia Tenggara Nn.3 (tumbuhan-tumbuhan penghasil pewarna dan tannin,1999), sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, di dalam tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Pada umumnya olongan pigmen tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Pewarna nabati yang digunakan untuk mewarnai tekstil dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe menurut sifatnya :
1. Pewarna langsung dari ikatan hydrogen dengan kelompok hidroksil dari serat; pewarna ini mudah luntur contohnya (kurkumin)
2. Pewarna asam dan basa yang masing-masing berkombinasi dengan kelompok asambasa wol dan sutra; sedangkan katun tidak dapat kekal warnanya jika diwarnai; contohnya adalah pigmen-pigmen flavonoid.
3. Pewarna lemak yang ditimbulkan kembali pada serat melalui proses redoks, pewarna ini seringkali memperlihatkan kekekalan yang istimewa terhadap cahaya dan pencucian (contohnya tarum).
4. Pewarna mordan yang dapat mewarnai tekstil yang telah diberi mordan berupa senyawa etal polivalen; pewarna ini dapat sangat kekal contohnya alizarin dan morindin.
Dalam pencelupan dengan zat warna alam pada umumnya diperlukan pengerjaan mordanting pada bahan yang akan dicelup / dicap dimana proses mordanting ini dilakukan dengan merendam bahan kedalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah atau krom. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit akar mengkudu yang dilakukan Tiani Hamid dan Dasep mukhlis (2005) menunjukkan bahwa penggunaan mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian. Hal ini menunjukkan senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah luntur.
Tabel 1. Zat warna alam untuk Tekstil
No
Kelompok Bagian tumbuhan Sumber zat warna
1 kayu Kruing, Nangka,Tegeran, Bengkirai,Mranti,Secang,Jati (Sekam), ulin
2 Akar Mengkudu
3 Daun Ketepeng, Jambu biji, Jati, Tom (indigofera),Kepel, Pacar air, Alpukat, Urang Aring
4 Kulit buah Manggis, Kedelai, Kara BengukSabut kelapa
5 Kulit kayu Jambal, Tingi, Pinus Merkusi
6 Getah Gambir
7 Bunga Sari kuning
8 Biji Alpukat, Bixa Orelana, Kacang merahMakutodewo
Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim peneliti, pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan untuk mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini didasari bahwa teknik pencapan sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari disamping itu akan dapat memperpendek waktu produksi jika digunakan untuk membuat motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan produk kerajinan.
TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL By:noor fitrihana
Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu: pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena. (Isminingsih, 1978).
Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh , ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian budaya.
A. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil.Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil.Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar .Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman –tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna.Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.
B. Eksplorasi Zat Warna Alam dan Teknik Pencelupannya
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999) sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya.Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon.Untuk itu pigmen – pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen – pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan – sebagai berikut: 1). Kain katun (birkolin) dan sutera, 2) Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati, kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi 3) Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas, natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan gunting. Proses ekplorasi dan pencelupan zat warna alam adalah sebagai berikut:
C. Proses Ekstraksi Zat Warna Alam
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1: 30. Misalnya berat bahan tekstil yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Beikut iniadalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala laboratorium:
1. Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak.Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya.Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna.Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam.Setelah dingin larutan siap digunakan.
D. Persiapan Pencelupan Dengan Zat Warna Alam.
Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun dan sutera perlu dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut:
1. Proses mordanting
Bahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih dahulu.Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Proses mordanting dilakukan sebagai berikut:
a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuai keinginan sebanyak tiga lembar.
b. b Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabun sunlight batangan) atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang digunakan ditambahkan 2 gram sabun netral atau TRO. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa juga direndam selama semalam. Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.
c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dan 2 gram soda abu (Na2CO3) dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut.Rebus larutan hingga mendidih kemudian masukkan bahan kapas dan direbus selama 1jam. Setelah itu matikan api dan kain kapas dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain kapas tersebut siap dicelup
d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 liter air yang digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60ºC kemudian masukkan bahan sutera atau wol dan proses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga konstan (40 – 60ºC ). Setelah itu hentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam.Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika.Kain sutera yang telah dimordanting tersebut siap dicelup dengan larutan zat warna alam.
2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)
Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO4), tawas, atau kapur tohor (CaCO3).. Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dengan dengan cara :
a. Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
b. Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
c. Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
3. Proses Pencelupan Dengan Zat Warna Alam
Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan bahan tekstil dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
1. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan .
2. Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alam dan diproses pencelupan selama 15 – 30 menit.
3. Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara tunjung , tawas atau kapur tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer selama 10 menit. Untuk mengetahui perbedaan warna yang dihasilkan oleh masing – masing larutan fixer maka proses 3 lembar kain pada larutan zat warna alam setelah itu ambil 1 lembar difixer pada larutan tunjung, 1 lembar pada larutan tawas dan satunya lagi pada larutan kapur tohor.
4. Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai dengan larutan zat warna alam.
5. Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan tekstil setelah difixer dengan masing-masing larutan fixer. Pada umumnya hampir semua jenis zat warna alam mampu mewarnai bahan dari sutera dengan baik , namun tidak demikian dengan bahan dari kapas katun. (berdasar beberapa eksperimen yang telah dilakukan penulis).
6. Lakukan pengujian-pengujian kualitas yang diperlukan (ketahanan luntur warna dan lainnya
7. Simpulkan potensi tanaman yang diproses (diekstrak) sebagai sumber zat pewarna alam untuk mewarnai bahan tekstil.
Dengan banyak melakukan eksperimentasi untuk mengeksplorasi kandungan pigmen warna dalam tanaman maka akan sangat memperkaya jenis zat warna alam yang kita miliki. Eksperimen dapat dimulai dari memilih jenis tanaman di lingkungan sekitar anda yang sekiranya belum dimanfaatkan untuk kepentingan lain (untuk obat,tanman hias dan lainnya). Potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan faktor pendukung yang dapat dimanfaatkan. Produk tekstil dengan zat pewarna alam ini banyak disukai karena keunggulannya selain ramah lingkungan juga warna – warna yang dihasilkan sangat khas dan etnik sehingga memiliki nilai jual yang tinggi .Produk tekstil dengan zat warna alam dapat dijadikan potensi unggulan produk daerah di pasar global.Untuk pengembangan penggunaan zat warna alam perlu dilakukan melalui penelitian –penelitian untuk mendapatkan hasil yang semakin baik.
Sumber:
- http://wulankainlucu.wordpress.com/
- http://www.simpleaja.com/2012/01/tips-merawat-kain-sutra.html
- TEKSTILstaff.uny.ac.id/…/Labelisasi%20Produk%20tekstil(Noor%20Fitrihana…)
- http://batikyogya.wordpress.com/2007/08/02/teknik-eksplorasi-zat-pewarna-alam-dari-tanaman-di-sekitar-kita-untuk-pencelupan-bahan-tekstil/